Apakah kemunculan
Awan Vertikal Pertanda Gempa ?
Saya
akan mencoba membahas mengenai awan vertikal ini. Menurut mitos yang beredar,
awan vertikal muncul sebagai pertanda akan datangnya gempa.Jika benar, maka
saya akan mencoba menunggu dan membuktikan sendiri, jika memang akan mengalami
Gempa Bumi atau tidak dalam beberapa waktu ke depan...Mau bertaruh...?.Saya
rasa tidak.
Sebenarnya
awan tersebut sangatlah panjang, akan tetapi saya tidak sempat mengambil gambar
keseluruhannya, jadi terpaksa saya megambilnya dalam beberapa bagian.
Saya berpendapat, mungkin saja itu merupakan bekas dari lintasan pesawat.
Awan Vertikal Pertanda Gempa??NO...!!!!
Berikut ini penjelasannya seperti yang saya kutip dari saudara rovicky
(Wordpress) mengenai mitos-awan-gempa. Darimana mitos mengenai awan ini
berkembang, apa saja penjelasan science yg ada, apa yg paling mungkin
menjelaskannya?Dari kebanakan situs-situs yang ada, banyak yang mengatakan
bahwa awan vertikal merupakan pertanda akan datangnya gempa di tempat tsb.
Isu “awan gempa” bermula dengan kejadian gempa di Kobe. Gempa yg terjadi di
Kobe tahun 1995 merupakan kejadian gempa yg menelan banyak korban. Jepang yg
sudah canggih dalam hal ilmu kegempaanpun masih juga mengalami musibah dan
bencana. Dan seolah olah menjadikan “monumen” khusus di abad moderen di Jepang.
gempa berkekuatan 6.9 ini menjadi “insiden” khusus buat jepang. Nah, itulah
kemudian banyak bermunculan issue-issue seputar gempa Jepang ini.
Salah
satunya “isu awan lurus” ini berawal dari bencana gempa Kobe. Issue awan lurus
ini seakan menjadi hits gempa Kobe tahun 1995 itu dan menyebar lewat media
internet dengan cepat. Bahkan menjadi berkembang sebagai mitos.
Kalau memang benar di Kobe ada awan sebelum gempa, sangat mungkin itu hanyalah
kebetulan saja. Kebetulan ada awan, kebetulan setelah itu ada gempa. Tetapi
bahwa awan itu pertanda gempa sama sekali tidak berdasar.
Bagaimana Tentang “tarikan” elektromagnetis seperti yg diisukan juga ?
Kita tahu bahwa mekanisme gempa itu adalah akibat tekanan yg terlepaskan atau
disebut elastic rebound … atau “pelentingan” dari kata “melenting”. Kalau
memang stress atau tekanan batuan yg menyebabkan gempa itu merubah sifat-sifat
elektromagnetis bumi, maka gempa-gempa susulan tentunya juga menunjukkan hal
yang sama bukan ? dan juga karena prosesnya proses pelentingan tentunya stress
atau tekanan yg ada dalam batuan itu terjadinya tidak sesaat saja, atau
prosesnya berjalan kontinyu. Sedangkan awan ini hanya muncul saat tertentu
saja. Berati munculnya awan dan gempa jelas tidak ada hubungan korelasionalnya,
kan ?
Selain itu gempa-gempa susulan yg terjadi, walaupun kekuatannya kurang dari
gempa utama namun proses terjadinya ya sama saja. mengapa tidak ada tanda-tanda
akan adanya gempa susulan yg diamati ? Electromagnetik Frekuensi rendah,
mungkin merupakan sesuatu harapan. Namun eletrmagnetik ini belum cukup untuk
bisa dianggap sebagai precursor gempa. Masih banyak studi yg harus dilakukan.
Sedangkan pengamatannya pun tidak bisa dengan kasat mata.
Jadi tidak benar kalau awan lurus ini merupakan pertanda akan ada gempa.
Namun ada juga hal lain yang harus kamu perhatikan bahwa, gempa merupakan
proses dari dalam bumi, sedangkan awan merupakan fenomena meteorologi. Artinya “perangai”
awan akan lebih dikontrol oleh kondisi meteorologi daerah tersebut. Misalnya
angin, suhu dan morofologi atau bentuk pegunungan. Inget ngga mengapa awan itu
pertanda daratan ? kalau orang hilang ditengah lautan maka dia akan mencari
daratan dengan cara melihat arak-arakan awan rendah. Karena awan ini
menunjukkan dimana daratan. Coba perhatiin kalau sedang di laut. Itu akibat
perbedaan temperatur darat dan laut yg lebih berpengaruh.
Berikut ini merupakan Fakta dan Penjelasan
Awan itu ada bermacam-macam jenis. Bisa dibaca di eksiklopedia gratis wikipedia
disini. Awan cirrus merupakan awan tinggi yg tersusun oleh kristal-krital es.
Awan ini terlihat seperti serabut. Dan kadang berbentuk memanjang. Sperti
dijelaskan didalam wikipedia bahwa awan itu berbentuk bermacam-macam dan
komposisinya serta ketinggiannya berbeda-beda.
Awan
lurus yg terlihat seringkali disebut sebagai Awan Cirrus, yaitu awan yg cukup
tinggi attitude-nya. Awan ini memilki ketinggian antara rata-rata yg teramati
sekitar 20 000 ft atau sekitar 6 Km tingginya. Sehingga akan teramati pada
daerah yg cukup luas. Nah mari kita ingat-ingat pelajaran SMP, skali lagi ini
pelajaran geometri di SMP saja.
Coba kita ingat-ingat ketika melihat awan ini, apakah kita sambil mendongak
atau sambil normal mengamati awan ?
- Kalau anda normal mengamati dengan sudut 30 derajat maka awan cirrus tersebut
berada 12 Km dari tempat anda berdiri.
- Kalau anda mendongak (40 derajat) maka ketinggian jarak lateral awan itu
hanya 6 Km.
- Kalau anda menggunakan padangan datar (<5 derajat) misal diatap genting
maka jarak terjauh yg teramatipun hanyalah 60 Km, seandainya udara sangat
cerah, tidak ada awan yg pendek (comulus).
Dengan
mengetahui ketinggian awan cirrus ini, maka kita dapat memperkirakan dimana awan
itu berada. Dengan ketinggannya yang hanya 6 Km maka jarak pandang terjauh
sebelum tertutup pohon atau gedung-gedung, dan juga karena kondisi udara di
khatulistiwa yang banyak mengandung uap air (yg mengurangi feasibilty/ jarak
lihat), maka awan yg teramati dengan mata telanjang mungkin hanya sekitar 30-40
Km saja. Yg tertangkap dengan baik oleh kamera rata-rata saya perkirakan
terjauhnya hanya sekitar 20 Km saja.
Awan Cirrus memilki kenampakan dan elevasi tertinggi sehingga kalau awan lain
tentunya akan lebih dekat dengan pengamat.
Sebagai tambahan info tentang awan, Cloud Appreciation Society di Inggris juga
telah memasukkan Contrails — stands for Condensation Trails: kondensasi bekas
lintasan pesawat — sebagai kategori awan juga. Nah, Contrail ini malah
membentuk jalur lurus berulang-ulang tiap hari (dan tidak ada yang
menganggapnya awan gempa)
Sourch : http://bersodagembira.blogspot.com/2012/10/kemunculan-awan-vertikal-pertanda-gempa.html